Hidup itu ada vertikal dan horizontal, ada Habluminallah dan Habluminannas," kata Vicky membuka komentarnya. "Habluminallah, bagaimana hubungan kita dengan sang Khalik Allah SWT sang maha
Sayayakin Bung Karno memahami Habluminallah dan Habluminannas bagaimana mengasihi Tuhan dan manusia," tambahnya. Mega yang berada di samping Ahok terlihat tersenyum mendengar kata-kata tersebut. Setelah itu Ahok pun melanjutkan bicaranya.
Jadi ego spiritual ini ialah seseorang manakala tidak peduli lingkungannya yang penting dirinya dekat dengan Allah SWT. Habluminallah sukses tapi habluminannas yang gagal," tambah Prof Nasar. Prof Nasar kemudian menyarankan untuk menjadi hamba yang sejati, yang mampu menyeimbangkan antara habluminallah dan habluminannas.[]
7Cara Mendekatkan Diri Kepada Allah | Selamat Dunia Akhirat. Cara mendekatkan diri kepada Allah SWT memang perlu kita ketahui sebagai umat islam yang sadar akan statusnya sebagai hamba. Jika kita dekat dengan Allah, tentu dapat memberikan ketenangan pikiran dan hat. Semakin manusia dekat dengan Allah, maka hidupnya akan penuh berkah dan nikmat.
Masihkata Yandi, ada tiga teologi Muhammadiyah yang wajib dipedomani warga Muhammadiyah. “Tiga teologi Muhammadiyah adalah Teologi al-Ashri tentang waktu, Teologi al-Ma’un tentang kesetiakawanan sosial, dan Teologi al-Insyiroh tentang optimisme dalam menjalani hidup,” bebernya. Sementara itu, Sekretaris PCM Kejaksan Kota Cirebon
Sufibukanlah kata murahan yang bisa diobral. Ia bukan gelar yang di dapat dari pendidikan formal. Apalagi honoris causa. Habluminallah dan habluminannas. Pertanyaannya, bisakah seseorang disebut Sufi sementara ia melakukan tindakan senonoh yang mempertunjukkan tingkatan nafsu hewaninya yang keji. Mas Bechi begitu tega dengan
. Setiap ibadah yang diperintahkan Allah adalah untuk meningkatkan hubungan vertikal dan horizontal secara seimbang. Hubungan vertikal yaitu hubungan kita kepada Allah Hablumminallah, sedangkan hubungan horizontal adalah hubungan kita kepada sesama makhluk Allah Hablumminannas. Islam bukanlah agama yang memerintahkan untuk hanya beribadah saja kepada Allah tanpa memikirkan kehidupan dunia, begitu pun sebaliknya tidak juga hanya mengejar kehidupan dunia saja. Tetapi setiap ibadah itu harus seimbang antara dunia dan akhirat. Sholat diawali dengan takbiratul ihrom dan diakhiri dengan salam yang mendo’akan seluruh makhluk yang ada dibumi ini. Artinya dalam bacaan sholat pun ada hubungan antara Allah dan sesama manusia. Begitu pun dengan ibadah puasa di bulan Ramadhan. Puasa merupakan ibadah yang penilaiannya langsung oleh Allah. Ikhlas tidaknya seseorang melakukan ibadah puasa hanya Allah yang tahu. setelah satu bulan berpuasa yang merupakan meningkatkan hubungan kita dengan Allah, maka di akhir bulan Ramadhan sebelum shalat idul fitri kita diwajibkan untuk melaksanakan zakat fitrah yang merupakan peningkatan hubungan kita kepada sesama manusia. Ada satu kisah di zaman Rasulullah yaitu ada seorang kepala keluarga yang meninggalkan istri dan anaknya untuk pergi ke suatu tempat yang jauh dari keramaian agar dapat beribadah dengan khusuk kepada Allah, sedangkan istri dan anak-anaknya dititipkan kepada saudaranya yang kaya raya. semua biaya kehidupan anak dan istrinya ditanggung oleh saudaranya itu. berita tersebut sampai pada Rasulullah sehingga Rasulullah mendatangi orang tersebut dan menegurnya. Rasul mengatakan bahwa jika seandainya orang tersebut meninggal maka sesungguhnya yang akan masuk ke surga terlebih dahulu adalah saudaranya tersebut karena telah menafkahi istri dan anak orang tersebut yang seharusnya menjadi kewajiban orang tersebut. Sudah jelas bahwa dalam kisah tersebut Rasul melarang hanya mengejar kehidupan akhirat atau dunia saja. semuanya harus seimbang antara kehidupan dunia dan akhirat. Seorang Ibu dari 2 putra. ingin menjadi orang yang bermanfaat utk umat. Lihat semua pos dari sintariah Navigasi pos
Bengkalis PRC - Islam mengajarkan keseimbangan. Artinya, meski kita hidup di dunia hanya sementara, dan kehidupan di dunia hanyalah jembatan menuju kehidupan akhirat yang kekal, akan tetapi Islam sama sekali tidak menafikan kebutuhan duniawi kita. Oleh karena itu, dalam Islam dikenal istilah Hablumminallah dan Hablumminannaas, yaitu hubungan vertikal antara manusia dengan Allah sang Pencipta, dan hubungan horizontal antara manusia dengan sesamanya. Pada dasarnya, Hablumminallah maupun Hablumminannaas bukanlah hal yang terpisah, justru keduanya memiliki hubungan saling mempengaruhi dan menjelaskan. Maksudnya adalah ketika hubungan kita dengan Allah sedang baik, intens, dekat, hal itu pasti akan berefek pada hablumminannas kita. Tiba-tiba saja ada orang yang membantu kita menyelesaikan permasalahan yang pelik, hubungan kita dengan keluarga semakin lebih baik, hubungan dengan teman-teman jadi tambah asyik, pokoknya banyak terjadi hal yang seolah magic. Begitu pula sebaliknya, ketika Hablumminallah kita buruk, biasanya akan mempengaruhi hubungan kita dengan sesama manusia, entah itu orang tua kita, sahabat, teman sekelas, teman sekerja, tetangga, bahkan hubungan dengan orang yang tidak kita kenal pun bisa ikut-ikutan buruk! Tiba-tiba saja ada yang mencuri HP kita, atau aib yang selama ini kita tutup-tutupi terbongkar, bahkan hal yang seharusnya tidak jadi masalah malah jadi masalah besar, pokoknya hari-hari terasa susah dan tambah gerah. Hal ini memberikan arti bahwa Hablumminallah mempengaruhi Hablumminannaas. Demikian juga, hubungan kita dengan sesama manusia dapat menjelaskan keadaan hubungan kita dengan Allah. Artinya, ketika kita merasa hubungan dengan keluarga lagi jelek, hubungan dengan rekan sekerja atau teman sekelas juga begitu, tiap kita bicara selalu ada yang keliru, rasanya seluruh dunia menjadi musuh. Bisa jadi... hal tersebut merupakan alarm peringatan bahwa Hablumminallah kita sedang dalam kondisi yang harus segera diperbaiki! Hablumminallah Bagus, Tapi Kok... Pernahkah merasa begini Hablumminallah saya bagus kok, saya shalat tepat waktu, lima kali sehari plus shalat sunah, saya puasa Senin-Kamis, malah kadang puasa Dawud sehari puasa, sehari tidak, ngaji rutin, tapi kok saya tetap bermasalah, hubungan saya sama orang lain tetap buruk. Namanya manusia, kadang bisa menilai diri sendiri lebih tinggi dari yang sebenarnya. Istilah tepatnya Kege-eran! Nah, jangan sampai kita keseringan merasa ge-er. Mentang-mentang dipanggil Ustad, Ustadzah, guru ngaji, sering ngisi taklim ini-itu, hapal berpuluh-puluh juz, atau bolak-balik Mekah tiap tahun, kita jadi menilai hablumminallahkita sudah oke. Jadi kita merasa berhak men-cap Allah tak adil ketika kita ditimpa masalah, ketika hubungan kita dengan sesama manusia memburuk. Oh... tidak! Jangan-jangan ketika shalat, badan kita saja yang lagi "senam", mulut komat-kamit, tapi sesungguhnya hati kita bahkan tidak sadar sedang mengucap apa, persis seperti robot otomatis, baca al-Fatihah dan surat pendek selayaknya hapalan lagu Indonesia Raya, atau mungkin lebih parah. Ketika kita puasa, perut saja yang bisa menahan diri dari makanan, sedangkan lidah masih asyik berdusta, mata masih nyalang memperturutkan nafsu, atau hati berniat puasa untuk sekedar pamer kealiman, atau juga... kita berpuasa karena memang tidak punya uang cukup, jadi puasa supaya berhemat. Sekali mendayung, dua-tiga pulau terlampaui. Wah! Atau jangan-jangan... ketika kita beribadah haji, semata-mata dilakukan agar orang-orang tahu kekayaan kita, juga supaya lebih disegani, atau untuk menggugurkan kewajiban naik haji sekali seumur hidup, jika demikian... itu berarti ibadah-ibadah yang kita lakukan hanya untuk membuat diri kita lega saja, bukan benar-benar untuk melaksanakan hablumminallah, tetapi hanya untuk melepaskan beban "wajib". Jadi jangan protes ketika Allah menegur kita lewat manusia lain. Misalnya, ketika kita bicara tidak didengar atau diremehkan oleh orang lain, ketika kita menasehati tidak digubris, ketika meminta tolong tidak dibantu, kita tidak memiliki power terhadap manusia lain. Bisa jadi itu merupakan indikasi adanya sesuatu yang salah dengan ibadah kita belakangan ini. Hubungan kita dengan Allah tidak terjaga. Mungkin kita memakan makanan haram, menggunakan uang dari cara tidak halal, atau melakukan hal yang dilarang oleh Allah, seperti berdusta, berzina, memfitnah, mengkhianati amanah, membangkang pada orangtua, dan lain sebagainya. Hablumminannaas-nya Oke, Padahal Hablumminallah Buruk. Kok Bisa? Hablumminallah saya kayaknya standar, biasa aja, shalat kalau ingat, puasa kalau kuat, tapi hubungan saya sama lingkungan sekitar baik-baik aja tuh! Hablumminannaas saya oke. Sekali lagi, namanya manusia... sering salah menilai, atau istilah pas-nya Tertipu! Makanya hati-hati, jangan sampai kita tertipu! Kita merasa hablumminallah tidak penting-penting amat, karena toh tidak berefek pada hidup sehari-hari, buktinya... hubungan dengan teman-teman tetap mulus, lancar, begitu pula hubungan dengan keluarga, oke-oke saja tuh tanpa masalah, meskipun shalat bolong, baca Quran masih mengeja, yang penting hati baik, lisan kita baik, maka hidup di dunia ini jadi baik juga. Benarkah demikian? Pandangan seperti inilah yang mengkhawatirkan, kita tertipu dengan hablumminannaas yang terlihat oke, sehingga kita lupa bahwa sesungguhnya dari seluruh amalan yang kita lakukan di dunia ini, pertama kali yang akan ditanyakan di padang mahsyar kelak adalah perkara mengenai shalat. Bukan mengenai berapa banyak uang yang disumbangkan untuk amal jariyah, seberapa terkenalnya kita sebagai orang baik hati di jagad raya, melainkan mengenai shalat wajib yang kita lakukan. Apabila shalat wajib tidak mencukupi, bisa ditambal sulam oleh shalat sunah yang kita kerjakan. Lalu, kalau ternyata shalat wajib kita alpa, boro-boro dilakukan... tiap mendengar adzan saja selalu diacuhkan! Kalau begitu bisa-bisa "kebaikan hati" kita kepada semua manusia selama ini juga tidak dapat diterima, karena ternyata ujian saringan awal saja kita tidak lulus. Shalat yang merupakan perkara Hablumminallah adalah syarat mutlak yang tidak dapat ditawar-tawar. So, Mana yang Lebih Prioritas? Hablumminallah Dulu, Baru Hablumminannaas! Kita tetap harus memprioritaskan hablumminallah sebelum hablumminannaas. Dalam hal ini, kita bisa melihat dari seruan al-Quran yang selalu mengedepankan "Dirikan shalat!" baru kemudian "Tunaikan zakat!" bukan sebaliknya. Artinya, seberapa pun sibuknya aktivitas sosialmu, jikalau waktu shalat sudah tiba, kedepankanlah shalat. Jangan dengan dalih... ah, saya kan lagi melakukan kebaikan juga, akhirnya shalat kita malah terlalaikan. Namun jangan terjebak menjadikan shalat sebagai aktivitas ritual belaka, yang dilaksanakan karena wajib, bukan karena kesadaran penuh. Kualitas shalat kita ini bisa teruji dari kualitas hubungan sosial kita dengan sesama manusia, seperti yang telah kita bahas di atas. Bahkan, kita mustinya mempelajari shalat lebih dalam dan lebih maknawi dengan membaca buku-buku yang mengupas khusus tentang shalat. Jangan puas sekedar menghapal bacaan dan tata cara shalat, karena perkara shalat bukan masalah sepele. Bayangkan... demi untuk memerintahkan shalat 5 waktu, nabi Muhammad Saw. sampai langsung diutus ke Sidratul Muntaha, menghadap Allah ke langit ketujuh! Bukan main... So, cek kondisi hubungan vertikal kita pada Allah manakala kita merasa ada sesuatu yang tidak beres dengan hablumminannaas kita! Mudah-mudahan Allah mengampuni kege-eran kita yang merasa hubungan kita dengan-Nya dekat. 2. Hablumminannaas Penting Sebagai Indikator Coba perhatikan bunyi kesaksian kita syahadat! Bukankah harus terdiri dari dua kalimat? Jika kurang satu maka syahadat kita tidak diterima. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Itulah yang tertulis di atas pintu syurga, sebagai syarat memasuki gerbangnya. Lalu, apa sebenarnya peran nabi Muhammad Saw.? Yap, tentu saja sebagai penyempurna akhlak manusia. Baik akhlak kepada Allah, maupun akhlak kepada sesamanya. Kalau begitu jelaslah bahwa hanya menjaga hubungan dengan Allah saja tidak cukup, misalnya dengan bersemedi, bertapa di goa-goa, berpuasa 40 hari dan mengungsi ke atas gunung, terus-terusan shalat dan puasa. Bukan itu yang diminta oleh ajaran agama! Rasulullah Muhammad Saw. merupakan contoh terbaik bagaimana seharusnya kita berhubungan dengan manusia, dengan suami, dengan istri, dengan anak, dengan tetangga, dengan masyarakat, dengan rakyat kecil, bahkan dengan penganut agama lain. “Hablumminannaas inilah indikator penting apakah hablumminallah kita sudah sesuai dengan aturan. Tidak mungkin hablumminallah kita baik jika kita hobi berdebat di masjid membidahkan sesama umat Islam”.
0% found this document useful 0 votes922 views16 pagesOriginal TitleHABLUMMINALLAH & HABLUMINANNASCopyright© © All Rights ReservedAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?0% found this document useful 0 votes922 views16 pagesHablumminallah & HabluminannasOriginal TitleHABLUMMINALLAH & HABLUMINANNASJump to Page You are on page 1of 16 You're Reading a Free Preview Pages 6 to 14 are not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Habluminannas dan Habluminallah bagaikan dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Habluminannas dimaknai secara bahasa artinya hubungan dengan manusia sedangkan Habluminallah artinya hubungan dengan pokok manusia beragama adalah penyerahan diri. Ia menyerahkan diri kepada sesuatu yang Maha Ghaib lagi Maha Agung. Ia tunduk lagi patuh dengan rasa hormat dan khidmat. Ia berdo'a, bersembahyang, dan berpuasa sebagai hubungan vertikal habluminallah dan ia juga berbuat segala sesuatu kebaikan untuk kepentingan sesama umat manusia habluminannas, karena ia percaya bahwa semua itu diperintahkan oleh Zat Yang Maha Ghaib serta Zat Yang Maha Abu Dzar Jundub bin Junadah dan Abu Abdirrahman Muadz bin Jabal radhiyallahu anhuma, dari Rasulullah Shallallahu `alaihi wa sallam beliau bersabda, Bertakwalah kepada Allah dimana pun engkau berada. Iringilah keburukan dengan kebaikan, niscaya kebaikan tersebut akan menghapuskan keburukan. Dan pergauilah manusia dengan akhlak yang mulia. HR. At-Tirmidzi, dan dia berkata Hadits Hasan Shahih. Baca juga Gus Baha Berpikir Positif, Ingatlah Nikmat Allah, Jangan Ingat Musibah agar Beruntung Sebagaimana firman Allah yang artinya "Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kalian kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa, dan janganlah kalian mati melainkan dalam keadaan muslim". QS. Ali Imran 102Hadits di atas mengandung 3 wasiat Nabi yang sangat penting, yakni wasiat tentang hubungan secara vertikal manusia kepada Allah habluminallah dan hubungan secara horizontal sesama manusia habluminannas.1. Perintah Bertakwa kepada Allah Dimanapun BeradaTakwa yang diperintahkan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam tidak mengenal tempat. Bertakwalah di mana pun berada, baik saat sunyi sendirian terlebih lagi ketika berada di tengah keramaian. Inilah sebenar-benarnya takwa dan merupakan takwa yang paling berat. Di antara sikap taqwa adalah menjaga hubungan baik sesama manusia, karena syariat memerintahkan menjalin habluminallah wa habluminannas. Tentu sebaliknya adalah sikap tidak baik, manakala muslimin berbuat keributan dan meresahkan orang juga Hanya Terfokus pada AllahAllah berfirmanضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ أَيْنَ مَا ثُقِفُوا إِلَّا بِحَبْلٍ مِنَ اللَّهِ وَحَبْلٍ مِنَ النَّاسِ وَبَاءُوا بِغَضَبٍ مِنَ اللَّهِ وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الْمَسْكَنَةُ ۚ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ كَانُوا يَكْفُرُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَيَقْتُلُونَ الْأَنْبِيَاءَ بِغَيْرِ حَقٍّ ۚ ذَٰلِكَ بِمَا عَصَوْا وَكَانُوا يَعْتَدُونَ "Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali agama Allah dan tali perjanjian dengan manusia dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan. yang demikian itu karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh Para Nabi tanpa alasan yang benar. yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas." QS. Ali Imran 112.2. Tidak Menunda Melakukan Amal SholehSebagaimana sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallamShalat 5 waktu, dari Jumat ke Jumat selanjutnya, serta Ramadhan ke Ramadhan adalah sebagai penghapus dosa di antara waktu itu, selama menjauhi dosa-dosa besar. HR. Muslim No. 233.Karena hanya dosa kecil saja yang terhapuskan oleh perbuatan baik, maka ketika seseorang terjerumus dalam dosa dan maksiat wajib baginya untuk segera bertaubat, melakukan amal shalih dan berusaha untuk tidak mengulangi perbuatannya juga Ketentuan Allah yang Menguji Iman3. Memiliki Akhlak MuliaWasiat yang terakhir yaitu perintah untuk memiliki akhlak yang mulia dalam hubungan sesama manusia. Contoh yang paling mudah dalam berakhlak mulia yaitu senyuman yang diiringi wajah yang berseri ketika bertemu dengan orang lain dan bertegur karenanya Rasulullah mengkaitkan antara akhlak mulia dengan iman yang sempurna. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda,Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling bagus akhlaknya. HR. At-Tirmidzi No. 2612, ia berkata Hadits Shahih.Bahkan dalam hadits yang lain disebutkan bahwa pada hari kiamat orang yang paling dekat dengan Rasulullah yaitu yang paling bagus akhlaknya. Tidak hanya itu, dengan memiliki akhlak mulia, maka akan dicintai oleh manusia yang lainnya terlebih Tags; Habluminannas dan Habluminallah. 1 2 3 Lihat Filsafat Selengkapnya
PALEMBANG - Ini Arti Hablum Minallah, Hablum Minannas dan Hablum Minal Alam & Contoh Perilaku Baiknya Hablum Minallah, Hablum Minannas dan Hablum Minal Alam adalah istilah yang sering kita dengarkan sebagai seorang muslim. Istilah-istilah ini biasanya kita dengar dari ceramah-ceramah dan guru di sekolah. Namun tahukah kamu arti dari 3 istilah ini? • Arti Hasbunallah Wanikmal Wakil, Kerap Diucapkan Baik dalam Keadaan Lapang Maupun Menghadapi Cobaan Berikut Arti Hablum Minallah, Hablum Minannas dan Hablum Minal Alam Pengertian Hablum Minallah Arti Hablum Minallah حَبْلٍ مِّنْ اللَّهِ adalah Hubungan dengan Allah. Contoh perilaku hablum minallah menurut Imam Ghazali Menunaikan perintah syariat. Rela dengan ketentuan dan takdir serta pembagian rezeki dari Allah SWT. Meninggalkan kehendak nafsunya untuk mencari keridhoan Allah SWT.” • Arti Assabiqunal Awwalun atau Assabigunal Awwalun, Berikut Orang-Orang Pertama yang Masuk Islam Pengertian Hablum Minannas Arti Hablum Minannas حَبْلٍ مِّنَ النَّاسِ adalah Hubungan dengan sesama manusia. Contoh perilaku hablum minallah menurut Imam Ghazali 1. Saling membantu dengan tetangga 2. Memberi makan anak yatim 3. Mengasihi orang miskin
kata mutiara habluminallah habluminannas